Difference between revisions of "Saddharma Pundarika Sutra: BAB XX BODHISATVA SADAPARIBHUTA"
Line 113: | Line 113: | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB I PURWAKA]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB I PURWAKA]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB II UPAYA KAUSALYA]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB III PERUMPAMAAN]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB IV SASARAN YANG TEPAT]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB V PERBANDINGAN DENGAN TANAMAN]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB VI RAMALAN TENTANG YANG AKAN TERJADI]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB VII RASA TAAT DAN BHAKTI DI JAMAN DAHULU]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB VIII RAMALAN TENTANG 500 ORANG BHIKSU]] | ||
+ | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB IX RAMALAN TENTANG ANANDA, RAHULA DAN 2000 BHIKKU]] | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB X DHARMA DUTA ( PENGKHOTBAH)]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB X DHARMA DUTA ( PENGKHOTBAH)]] | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XI MUNCULNYA SEBUAH STUPA]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XI MUNCULNYA SEBUAH STUPA]] | ||
Line 123: | Line 131: | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XVIII PAHALA BAGI PARA PENGANUT HUKUM SUTRA BUNGA TERATAI]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XVIII PAHALA BAGI PARA PENGANUT HUKUM SUTRA BUNGA TERATAI]] | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XIX PAHALA BAGI PENGKHOTBAH HUKUM SUTRA BUNGA TERATAI]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XIX PAHALA BAGI PENGKHOTBAH HUKUM SUTRA BUNGA TERATAI]] | ||
− | |||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XX BODHISATVA SADAPARIBHUTA]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XX BODHISATVA SADAPARIBHUTA]] | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXI KEKUATAN GHAIB SANG TATHAGATA]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXI KEKUATAN GHAIB SANG TATHAGATA]] | ||
Line 131: | Line 138: | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXV BODHISATVA MAHASATVA AVALOKITESVARA]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXV BODHISATVA MAHASATVA AVALOKITESVARA]] | ||
* [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVI MANTRAM DHARANI]] | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVI MANTRAM DHARANI]] | ||
− | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVII KISAH RAJA CAHAYA GEMILANG | + | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVII KISAH RAJA CAHAYA GEMILANG |
− | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVIII NASEHAT SANG BODHISATVA SAMANTABADRA | + | * [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVIII NASEHAT SANG BODHISATVA SAMANTABADRA |
− | |||
− | |||
− | |||
− | |||
− | |||
− | |||
− | |||
Revision as of 15:56, 26 August 2013
Pada saat itu Sang Buddha menyapa Sang Bodhisatva-Mahasatva Mahastamaprapta "Sebaiknya engkau ketahui sekarang bahwa jika para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika memelihara Hukum Sutra Bunga Teratai (Dharmaparyaya) ini, dan seandainya ada seseorang yang mencercanya, menghinanya dan menfitnahnya, maka orang itu akan menerima hukuman seperti yang telah disebutkan. sebelumnya. Tetapi mereka yang telah memperoleh karunia semacam yang dijelaskan dimuka, maka mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran mereka akan tajam serta sempurna.
"Wahai Mahastamaprapta ! Dahulu kala pada ribuan asamkhyeya yang tak terhingga, tak terhitung dan tak terbatas yang telah berlalu, adalah seorang Tathagata yang bernama Bhismagargitasuararaca Yang Maha Mulia, Maha Bijak, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kesempurnaan, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang. Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dan para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung, yang kalpanya disebut Vinirbhoga serta kawasannya disebut pula Mahasambhava. Didalam dunia tadi, Sang Buddha Bismagargitasuararaga selalu berkhotbah kepada para dewa, manusia dan asura.
Kepada mereka yang ingin menjadi Sravaka, Beliau mengkhotbahkan Empat Kesunyataan Mulia untuk membebaskan diri dari kelahiran, ketuaan, penyakit dan kematian yang akhirnya menjurus kearah nirvana. Kepada mereka yang ingin menjadi pratyekabuddha, Beliau mengkhotbahkan Hukum 12 Nidana dan kepada para Bodhisatva, dengan sarana Penerangan Agung Beliau mengkhotbahkan Sadparamita untuk penyempurnaan kebijaksanaan Buddha.
Wahai Mahastanaprapta ! Masa hidup dari Sang Buddha Bhismagargitasuararaga ialah 40 ribu koti nayuta kalpa yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga. Jumlah kalpa dimana selama itu Hukum yang Benar bergema adalah sama dengan jumlah atom-atom dari sebuah Jambudvipa. Dan jumlah kalpa dimana selama itu Hukum Yang Palsu bergelora adalah sama dengan atom-atom didalam 4 benua.
Setelah Buddha itu menyelamatkan begitu banyak mahluk, kemudian mokshalah Beliau. Sesudah Hukum Yang Benar dan Hukum Yang Palsu seluruhnya sirna, maka didalam kawasan itu muncul lagi seorang Buddha. Ia juga bergelar Bhismagargitasuararaga, Yang Maha Mulia, Maha Bijak, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kesempurnaan, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dan para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Demikianlah berturut-turut terdapat 20 ribu koti Buddha yang semuanya mempunyai gelar yang sama. Sesudah kemokshaan Bhismagargitasuararaga yang pertama dan setelah Hukum Yang Benar berakhir, maka selama masa Hukum Palsu, para bhiksu yang sombong memperoleh kekuasaan yang utama.
Pada saat itulah terdapat seorang Bodhisatva bernama Sadaparibhuta. Wahai Mahastanaprapta! Karena apakah sehingga ia dijuluki Sadaparibhuta ? Karena bhiksu itu selalu menghormati dan menyanjung setiap orang yang ia lihat baik bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika seraya berkata demikian "Aku sungguh-sungguh menghormatimu. Aku tidak ,berani meremehkan dan merendahkanmu karena kalian semua berjalan didalam jalan kebodhisatvaan dan akan menjadi para Buddha." Dan bhiksu itu sendiri tidak mencurahkan diri didalam membaca dan menghafalkan Sutra-sutra tetapi hanya menyanjung-nyanjung saja, sehingga kalau ia melihat anggota 4 kelompok maka ia akan terburu-buru menyongsongnya dan menghormatinya serta memujinya dengan berkata "Aku tidak berani meremehkanmu karena kalian semua akan menjadi para Buddha." Diantara keempat kelompok itu terdapat mereka yang merasa tensinggung dan marah serta dengan pikiran yang keruh mereka mencaci-maki dan menghinanya dengan berkata "Dari mana bhiksu tolol ini datang dan siapa pula yang telah mengajarnya berkata, 'Aku tidak merendahkanmu', dan siapa pula yang menetapkan kami untuk menjadi para Buddha ? Kami tidak menginginkan penetapan palsu semacam itu." Demikianlah ia melewati banyak tahun dengan dicaci dan dimaki terus menerus, tetapi meskipun begitu tidak pernah ia merasa tersinggung ataupun marah dan selalu ia berkata: "Kalian semua akan menjadi para Buddha."
Selama ia berkata demikian itu, orang-orang memukulinya dengan pentungan, tongkat kreweng ataupun batu. Namun sambil berlari menjauh ia tetap saja meneniakkan dengan keras "Aku tidak berani merendahkan kalian, karena kalian semua akan menjadi para Buddha." Dan oleh karena ia selalu berkata begitu, maka para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang jahil memarapinya Sadaparibhuta.
"Ketika bhiksu ini sedang mendekati ajalnya, ia mendengar dari atas langit dan mampu menerima serta memahaini 20 ribu koti bait-bait dan Hukum Sutra Bunga Teratai yang Sang Bhismagargitasuaranaga telah mengkhotbahkannya dahulu.
Sesudah itu ia memperoleh ketajaman dan kesempurnaan indera-indera mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran seperti yang telah disebutkan diatas tadi, serta lebih lanjut lagi ia diperpanjang masa hidupnya menjadi 200 ribu koti tahun dan secara luas ia mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga Teratai (Dharmaparyaya) ini kepada para manusia. Kemudian keempat susunan yaitu bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang jahil yang telah memaki-maki dan memandang rendah orang ini serta yang telah memberinya julukan Sadapribhuta, ketika mereka mengetahui bahwa ia telah memiliki kekuatan ghaib yang agung, daya kefasihan ceramah dan daya meditasi yang sempurna dan setelah mereka mendengar khotbahnya pula, maka mereka semua percaya dan mengikutinya. Bodhisatva ini telah mentakbiskan Iagi ribuan koti umat agar mencapai Penerangan Agung.
"Setelah akhir hayatnya, ia bertemu dengan 2000 koti para Buddha yang semuanya bergelar Kandrasuryapraba dan dibawah naungan Hukum mereka ia mengkhotbahkan Dharmaparyaya ini. Karena alasan ini, kemudian ia bertemu lagi dengan 2000 koti para Buddha yang semuanya bergelar sama yaitu DUNDUBHISVARARAJA. Karena termasuk Hukum dari para Buddha itu, ia menerima, memelihara, membaca, menghafalkan dan mengkhotbahkan Sutra ini kepada keempat kelompok -karena ia telah memperoleh ketajaman dan kesempurnaan mata biasa, dan indera-indera lainnya yaitu telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran sehingga ditengah-tengah keempat kelompok ia mengkhotbahkan Hukum tanpa adanya rasa gentar sedikitpun jua.
Wahai Mahastanaprapta ! Sang Bodhisatva-Mahasatva SADAPARIBHUTA ini telah memuliakan sejumlah para Buddha yang tak terhitung seperti ini, memuja, memuliakan serta menyanjungnya. Setelah membina akar-akar kebajikan, ia bertemu Iagi dengan ribuan koti para Buddha dan dibawah naungan Hukum dari para Buddha itu pula, ia mengkhotbahkan Sutra ini. Dan begitu jasa-jasanya sempurna, kemudian ia menjadi seorang Buddha.
Wahai Mahastanaprapta ! Bagaimanakah pendapatmu. Orang lainkah Sang Bodhisatva Sadaparibhuta pada waktu itu ? Dia benar-benar Aku sendirilah adanya. Seandainya didalam hidupKu yang. terdahulu itu Aku tidak menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan Sutra ini serta mengkhotbahkannya kepada orang lain, maka Aku tidak akan dapat mencapai Penerangan Agung dengan segera. Kärena dibawah asuhan para Buddha yang terdahulu Aku telah menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkan Sutra ini serta mengkhotbahkannya kepada orang lain, maka Aku dapat mencapai Penerangan Agung dengan segera.
Wahai Mahastanaprapta ! Pada saat itu keempat kelompok yaitu para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang telah mencenca dan .menghinaKu dengan hati yang penuh kemarahan, maka selama 200 koti kalpa mereka tidak akan berjumpa dengan seorang Buddha dan tidak akan pula mendengar Hukum serta tidak akan melihat Samgha dan selama seribu kalpa mereka menjalani penderitaan yang hebat didalam neraka Avici. Setelah dosa-dosa mereka lebur, mereka berjumpa lagi dengan Sang Bodhisatva Sadaparibhuta yang mengajar dan mentakbiskan mereka untuk mencapai Penerangan Agung. Wahai Mahastanaprapta ! Bagaimanakah pendapatmu terhadap keempat kelompok yang pada saat itu mencaci-maki sang Bodhisatva tadi dengan tiada henti-hentinya itu ? Benar-benar orang lainkah mereka itu ? Pàda saat ini mereka semua sedang berada dalam persidangan ini, yaitu ke 500 Bodhisatva-Bhadrapala dan yang, lain-lainnya, ke 500 bhiksuni Simhakandra dan lain-lainnya, ke 500 upasaka Sugataketana dan yang lain-lainnya, yang mereka itu tidak pernah surut dari Penerangan Agung.
Ketahuilah wahai Mahastanaprapta ! Hukum Sutra Bunga Teratai ini sangat berjasa kepada seluruh Bodhisatva-Mahasatva dan mempermudah mereka untuk meraih Penerangan Agung. Oleh karenanya setelah kemokshaan Sang Tathagata nanti, semua Bodhisatva dan Mahasatva harus senantiasa menerima dan memelihara, mengajarkan dan menurunkan Sutra ini."
"Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam syair:
"Dahulu kala, terdapatlah seorang Buddha
Yang bergelar Bhismagargitasraraga,
Yang Maha Bijaksana,
Pemimpin semua mahluk,
Para dewa, manusia, naga dan mahluk-mahluk halus
seluruhnya memuliakannya,
Sesudah kemokshaan sang Buddha ini.
Ketika Hukum akan berakhir,
Adalah seorang Bodhisatva
Yang bernama Sadaparibhuta,
Pada saat itu keempat kelompok
Mencurahkan diri pada kebendaan duniawi.
Sang Bodhisatva Sadaparibhuta
Ketika menyongsongnya
Akan menyapa mereka begini :
"Aku tidak boleh meremehkan kalian
Kalian adalah pengikut-pengikut Jalan Agung
Dan semuanya akan menjadi para Buddha."
Setelah mereka mendengarnya,
Mereka menghina atau mencercanya.
Sang Bodhisatva Sadaparibhuta
Menahannya dengan penuh kesabaran.
Ketika dosa-dosanya (telah tertebus)
Dan ajalnya sudah tiba,
Ia mendengar Sutra ini
Dan semua inderanya menjadi tajam.
Dengan kekuatan ghaibnya
Ia memperpanjang masa hidupnya
Dan lagi, kepada semua orang,
Secara luas mengkhotbahkan Sutra ini.
Kelompok-kelompok yang mencurahkan diri
sebelumnya pada kebendaan
Semuanya menerima dari Bodhisatva ini
Petunjuk dan penyempurnaan,
Dibimbing agar tinggal didalam jalan kebuddhaan.
Sang Sadaparibhuta, ketika masa hidupnya berakhir,
Berjumpa dengan para Buddha yang tak terhitung jumlahnya;
Dan melalui khotbahnya dan Sutra ini,
Memperoleh kebahagiaan yang tiada taranya.
Lambat-laun sempurnalah jasanya,
Dengan segera ia mencapai jalan kebuddhaan.
Sang Sadaparibhuta pada saat itu
Benar-benar Aku sendirilah adanya.
Keempat kelompok pada saat itu,
Yang terikat pada keduniawian,
Yang mendengar sang Sadapribhuta berkata,
"Kalian semua akan menjadi para Buddha".
Dan yang karena hal ini,
Berjumpa dengan para Buddha yang tanpa hitungan.
Dan para Bodhisatva yang berada didalam
Persidangan ini,
Kelompok dan 500 orang,
Dan juga keempat rombongan
Dari para penganut, laki-laki dan perempuan,
Yang sekarang ini sedang berada dihadapanKu
Sedang mendengarkan Hukum.
Aku, didalam hidupKu yang lampau,
Menasehati orang-orang ini
Agar mendengar dan menenima Sutra ini,
Hukum yang tiada tara,
Serta mengungkapkan dan mengajarkannya pada para umat
Sehingga mereka dapat tinggal dalam nirvana.
Masa demi masa, telah Aku terima dan Aku pelihara
Sutra yang amat ajaib ini.
Selama ribuan koti dan koti kalpa
Yang tak mungkin terjangkau,
Jarang sekali orang mendengar pada masa itu
Hukum Sutra Bunga Teratai ini.
Selama ribuan koti dan koti kalpa
Yang tak mungkin terjangkau,
Para Buddha, yang dihormati dunia
Jarang sekali mengkhotbahkan Sutra ini.
Oleh karenanya, baiklah para pengikutnya,
Sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Ketika mendengar Sutra semacam ini,
Tidak menaruh kebimbangan ataupun keragu-raguan
Tetapi biarlah mereka dengan sepenuh hati
Menyiarkan Sutra ini ke segala penjuru.
Dan masa demi masa berjumpa dengan para Buddha,
Mereka akan mencapai Penerangan Agung dengan segera."
Read Further
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB I PURWAKA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB II UPAYA KAUSALYA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB III PERUMPAMAAN
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB IV SASARAN YANG TEPAT
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB V PERBANDINGAN DENGAN TANAMAN
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB VI RAMALAN TENTANG YANG AKAN TERJADI
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB VII RASA TAAT DAN BHAKTI DI JAMAN DAHULU
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB VIII RAMALAN TENTANG 500 ORANG BHIKSU
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB IX RAMALAN TENTANG ANANDA, RAHULA DAN 2000 BHIKKU
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB X DHARMA DUTA ( PENGKHOTBAH)
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XI MUNCULNYA SEBUAH STUPA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XII DEVADATTA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XIII PENEGAKAN
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XIV HIDUP TENANG
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XV MUNCULNYA BODHISATVA DARI BUMI
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XVI PANJANG UMUR TATHAGATA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XVII KESUCIAN
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XVIII PAHALA BAGI PARA PENGANUT HUKUM SUTRA BUNGA TERATAI
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XIX PAHALA BAGI PENGKHOTBAH HUKUM SUTRA BUNGA TERATAI
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XX BODHISATVA SADAPARIBHUTA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXI KEKUATAN GHAIB SANG TATHAGATA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXII AKHIR PASAMUAN
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXIII BODHISATVA BAISAJARAGA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXIV BODHISATVA GADGASVARA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXV BODHISATVA MAHASATVA AVALOKITESVARA
- Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVI MANTRAM DHARANI
- [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVII KISAH RAJA CAHAYA GEMILANG
- [[Saddharma Pundarika Sutra: BAB XXVIII NASEHAT SANG BODHISATVA SAMANTABADRA